
Smartwatch.. sebuah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kalau dulu smartphone saja sudah terdengar canggih, dunia sempat bingung bagaimana caranya membuat sebuah barang yang ukurannya kecil dan memiliki fungsi utama menunjukkan waktu dan belum berubah selama ratusan mungkin ribuan tahun, menjadi sesuatu yang pintar ?

Namun disinilah kita saat ini dan mungkin kebanyakan dari kita menggunakan jawaban dari pertanyaan tersebut.. smartwatch
Jam tangan memang menjadi multifungsi lebih dari sekedar menunjukkan waktu, namun jam tangan juga menjadi perpanjangan tangan (yang dipakai di tangan) dari telepon pintar yang kita gunakan. Terima kasih kepada Steve Jobs yang sudah mempopulerkan smartwatch dengan Apple Watchnya, ya, mempopulerkan karena sebelumnya sudah hadir juga jam pintar yang mungkin anda kenal dengan merk Pebble. Namun sejak Apple Watch, terminologi smartwatch benar-benar seperti memiliki pijakan dasar, standar dan “panduan umum” mengenai apa sih yang seharusnya ada pada sebuah smartwatch.
Saya menyukai jam tangan, belum sampai kelas kolektor sih.. namun saya adalah orang yang suka berganti-ganti jam tangan. Apalagi saat saya sedang senang-senangnya mengoleksi jam G-Shock, mungkin sebulan sekali ada saja saya membeli satu jam G-Shock atau menabung untuk memiliki tipe yang edisi limited collection. Hobi membeli jam tangan ini mulai berubah sejak saya mulai menekuni hobi lari dan menyadari bahwa di dunia ini ada yang namanya GPS Watch. Sejak itu, saya pun mengganti jam tangan saya menjadi jam GPS, selain karena memang memerlukan fungsinya untuk berlari, jam tersebut juga menjadi “fashion statement” bagi pribadi saya saat itu.. seorang pelari.
Oke, saya akan coba samakan dulu persepsi mengenai smartwatch ini ya, saya akan menggunakan kata smartwatch sebagai opposite dari jam analog yang umum kita gunakan. Karena mungkin saja GPS watch itu bukanlah dikategorikan sebagai smartwatch, misalnya karena ada “fitur pintar” yang tidak terdapat disana, namun mari kita gunakan kata smartwatch sesuai definisi diatas saja ya?!
jam tersebut juga menjadi “fashion statement” bagi pribadi saya saat itu.. seorang pelari.
Menggunakan jam GPS untuk kegiatan sehari-hari
Sejauh saya mengikuti perkembangan smartwatch, mulai dari Apple Watch, GPS Watch hingga smartband yang beredar di pasaran, ada satu benang merah yang membedakan antara smartwatch dengan analog watch, yaitu desainnya. Bagi saya, desain smartwatch kebanyakan nampak monoton dan tampak modern. Masuk akal sebenarnya kalau nampak modern, karena smartwatch pastinya adalah simbol modernisasi kehidupan digital manusia saat ini kan. Coba lihat Apple Watch, buat saya desainnya kan itu-itu saja ya, kotak dengan gelas membundar dengan satu crown dial dan tali karet. Begitu pula dengan kompetitornya otomatis berkiblat ke Apple, walaupun ada yang menggunakan bentuk rounded alias membulat. Namun pada akhirnya semuanya mirip, desain kotak atau bulat dengan strap / tali karet.

Pada sektor GPS watch juga tidak beda jauh, apalagi karena fungsi utamanya adalah untuk berolahraga, bentuknya otomatis lebih sederhana dengan tali karet. Hingga pada akhirnya sepertinya industri smartwatch pun mulai bergeser untuk membuat sesuatu yang bentuknya lebih mewah, luxury dengan premium finish. Beberapa brand seperti Fossil mulai memasuki pasar smartwatch yang pastinya dengan desain khas Fossil yang benar-benar berbentuk jam tangan analog lengkap dengan strap stainless steelnya! Bahkan Tag Heuer pun juga mengeluarkan tipe Connected dengan desain modular yang bisa diganti-ganti strapnya.
Hingga pada akhirnya sepertinya industri smartwatch pun mulai bergeser untuk membuat sesuatu yang bentuknya lebih mewah, luxury dengan premium finish
Akhirnya smartwatch mulai naik kelas dari sisi desainnya. Saya pribadi menggunakan Fenix 6, dan saat strapnya saya ganti dengan stainless steel strap dan watch face yang analog, ciri khas modern ala smartwatch seakan akan tenggelam dengan desain dan finish yang memang seharusnya ada dan dinikmati dari sebuah jam tangan. Namun dibalik desainnya, terdapat berbagai sensor yang digunakan untuk mengolah data fisik dan hasil latihan saya menjadi bermacam-macam performance metrix. Paling tidak lihat saja bagian belakang jam nya menempel sensor heart rate dan Pulse Oximeter!
Mungkin ini juga alasan kenapa saya lebih banyak batal daripada menginginkan Apple Watch. Terlepas dari fitur-fiturnya yang pastinya terintegrasi dengan Apple Ecosystem, saya masih belum bisa melihat sisi mewah dari jam tersebut. Entah kalau nanti pada seri keenamnya, Apple akan merilis desain yang lebih premium.
Bagaimana dengan anda ? Apakah anda menggunakan smartwatch ? atau malah belum tertarik menggunakannya ? Ayo share cerita anda di kolom diskusi di bawah ini ya…