Hari itu tidak ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya, saya bangun pagi, mandi dan berpakaian untuk berangkat ke kantor. Bermacet-macetan sedikit namun tetap bisa tiba tepat waktu untuk mengikuti meeting rutin di pagi hari dan melanjutkan hari saya dengan pekerjaan yang sudah saya antisipasi sebelumnya.
Hingga seorang rekan saya memecah keheningan ruang kerja saya pagi itu..
Wah.. udah ada yang kena virus Corona nih di Jakarta…
Kontan semua yang mendengar menghentikan kerjanya, termasuk saya dan kami pun sekejap terlibat dalam pembicaraan dan klarifikasi kebenaran dari berita tersebut. Dan setelah kami mendengarnya di media setelahnya, saya baru benar-benar yakin akhirnya virus yang selama ini hanya terdengar dan bisa ditonton di televisi saja sudah sampai di Indonesia juga. Waktu itu beritanya adalah virusnya dicurigai dibawa oleh beberapa turis Jepang yang kebetulan kontak dengan beberapa warga Jakarta di sebuah kafe di Kemang.
Dan beberapa hari setelahnya, jumlah penderita Corona atau yang bernama lengkap COVID-19 – Corona Virus Desease 2019 ini terus bertambah-dan bertambah. Saya ingat saat itu mulai bertebaran berita dan himbauan untuk mulai menggunakan masker untuk beraktifitas, di kantor saya pun masker sebenarnya sudah mulai disediakan namun setelah pemberitaan ini pun jumlahnya langsung mendadak berkurang banyak dan untuk mendapatkan kembalinya pun agak kesulitan sepertinya.
Di awal-awal penyebaran Corona ini, perkantoran dan tempat publik mulai menerapkan kebijakan body temperature scanning sebelum memasuki area kantor serta mulai menempatkan hand sanitizer untuk memberikan kemudahan karyawan menjaga kebersihan tangannya. Saya sendiri masih ingat saat awal-awal kejadian itu, ngga banyak yang saya rubah dalam menjalankan aktifitas saya, bahkan saya tetap melakukan lari di jam makan siang alias lunch run dan bekerja seperti biasanya. Tentunya kesadaran terhadap pentingnya higienis dan sanitasi saya tingkatkan, toh tinggal mencet hand sanitizernya saja kan.
Hari berganti hari, penyebaran virus Corona ini semakin tidak terkendali dan cenderung sporadis alias tidak ada pola penyebarannya. Sepertinya awalnya apabila ada ditemukan penderita baru, masih bisa diusahakan penelusurannya untuk mencari potensi penyebarannya,namun ya makin banyak pasiennya ya dengan jumlah tenaga medis dan pendukungnya, akhirnya pemerintah lebih memfokuskan kepada penanganan pasiennya terlebih dahulu.
Hingga akhirnya mulai terdengar di seputar kantor terhadap yang namanya opsi untuk “work from home” atau WFH, sesuatu yang belum pernah terbayang oleh saya sebelumnya. Di dunia nyata sebelum ini, memang ada konsep work from home ini, kalau saya pernah berbicara dengan beberapa rekan kerja dari luar negri, pada saat ada bencana dan akses ke kantor menjadi sulit, opsi WFH ini diterapkan oleh kantor tempat mereka bekerja.
Beberapa hari setelah opsi WFH terdengar, akhirnya kantor tempat saya bekerja pun menerapkannya
Dan ini lah saya dan seluruh warga Jabodetabek pada umumnya sudah mulai menghabiskan waktu kerja kami di rumah. Melakukan meeting dan diskusi dengan media daring, baik suara maupun visual. Saya beruntung karena di rumah sudah ada akses internet dengan kapasitas yang lumayan dan mendukung produktifitas kerja saya sejauh ini. Bukan hal yang mudah, bahkan setelah saya menyelesaikan jam kerja saya di pukul 5 sore itu rasanya seperti habis bekerja hingga jam 10 malam tanpa berhenti! Kalendar Outlook saya sudah dipenuhi dengan list meeting yang terkadang sudah tumpang tindih diantara undangan meetingnya.
Namun seperti pepatah alah bisa karena biasa, di minggu ketiga semua sudah mulai terkendali dan saya sudah mulai bisa mengikuti ritme WFH ini dan tetap menjaga produktifitas saya seperti halnya saya bekerja di kantor.
Soal COVID-19 ini
OK, soal Covid19 ini, jujur saya ngga terlalu mengikuti ceritanya saat virus ini masih “berada” di luar negeri, saat masih di Wuhan dan daerah sekitarnya. Saya hanya tau sesekali dari televisi mengenai dampak virus ini disana, bahwa kematian yang ditimbulkan virus ini tidak bisa dianggap sebelah mata. Kemudian ada pemberitaan mengenai isolasi di rumah mereka masing-masing dan dilanjutkan dengan pemberitaan penyebaran virusnya ke Italia dan beberapa pemberitaan terkait virus ini.
Setelah saya mulai work from home dan pemberitaan di media dan sekitarnya mulai simpang siur, barulah saya mulai mempelajari mengenai apa dan bagaimana sebenarnya virus COVID-19 ini.
Sumber informasi yang saya akses pertama kali adalah website WHO (World Health Organization)
Oiya, sebelumnya pun, kalau saya harus mendapatkan update mengenai Corona ini, saya hanya mendengarnya lewat radio yang selalu saya dengarkan saat berkendara menuju kantor. Kalaupun ada Forwarded Message yang saya terima, sangat jarang sekali saya buka, mungkin kalau itu mengenai tips dan pencegahan barulah saya baca.
Berdasarkan informasi dari websitw WHO, COVID19 ini adalah jenis virus terbaru dari jenis coronavirus yang menyebabkan gangguan teruatama pada pernapasan yang terkadang disertai dengan demam, flu, rasa pegal dan terkadang diare.
Penyebaran COVID19 hingga saat ini masih terjadi dengan adanya infeksi melalui kontak dengan penderita COVID19 melalui droplets atau cairan yang umumnya disebarkan saat penderita bersin atau batuk dan terhirup oleh orang lain. Bisa juga dengan kontak droplets tersebut dengan benda di sekitar dan dipegang oleh orang lain kemudian orang tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut yang menjadi akses masuk virus ke dalam tubuh.
COVID19 memiliki masa inkubasi selama sekitar 14 hari, yang menjelaskan kenapa masa karantina itu idealnya selama itu. Walaupun ada juga temuan di beberapa penderita yang sifatnya asymptomatic alias hanya menjadi pembawa / carrier namun penderita tersebut tidak mengalami sakit.
Soal pemberitaan dan informasi lainnya, saya rasa anda bisa mengakses link WHO diatas untuk informasi lebih lanjut termasuk mereka juga menyediakan satu halaman mengenai mitos-mitos dan anggapan yang berkembang di publik sehingga kita bisa lebih tahu menyikapinya.
Akan tetapi tidak ada salahnya kalau saya mencoba menulis beberapa poin yang saya pahami dan percayai sebagai fakta mengenai virus ini:
- Ini adalah virus yang menyebar dan menular lebih kepada apabila kita melakukan kontak langsung dengan penderita dengan potensi paparan minimal 15 menit dan jarak lebih dekat dari 1 meter sehingga memiliki kemungkinan besar untuk terpapar nafas, batuk maupun bersinnya
- “Kontak fisik” tangan kita dengan benda-benda yang tertempel virus COVID19 ini, kemudian tangan tersebut kita gunakan untuk menyentuh mata, hidung dan mulut yang menjadi akses masuk virus
- Masker hanya digunakan apabila sakit ataupun harus ke tempat publik yang ramai. Nah ramai ini pengertian saya adalah kalau saya harus naik transportasi publik dan berpotensi berdesakan atau berdempetan dengan orang yang banyak. Bagi saya, ke Indomaret pada pagi hari yang sepi tidak saya anggap sebagai tempat publik yang ramai.
- Dengan berseliwerannya informasi dimana-mana, mindset penting yang harus selalu dilakukan adalah:
- Social atau physical distancing, jaga jarak di ruang publik
- Personal hygiene, selalu bawa hand sanitizer, kalau pergi ke tempat keramaian publik, segera mandi setelah pulang ke rumah
- Sentuh barang-barang YANG MEMANG PERLU DISENTUH, be mindfull on touching things!
- Poin pertama diatas, social distancing, hanya keluar rumah apabila memang perlu, atau jadwalkan keluar rumah agar ngga bolak-balik setiap sejam-dua jam apalagi buat hal-hal yang remeh-temeh
- Desinfektan secara berkala barang-barang yang sering disentuh di rumah, jaga agar rumah selalu dalam keadaan bersih
- Prioritaskan orang tua, terutama yang memiliki penyakit bawaan. Dalam hal ini, ya saya benar-benar tidak bertemu fisik dulu dengan mereka.
Itu dia secara umum yang selalu saya lakukan untuk melindungi diri dari kondisi saat ini.
Bukan hal yang mudah buat dilakukan pada awalnya, namun ya makin kesini sih sudah jadi kebiasaan, terutama mengenai sentuh menyentuh bagian muka ini, toh kalau saya di rumah sebenarnya kan berada di lingkungan yang “terkendali” jadi ya saya cukup yakin bahwa gerakan atau kebiasaan refleks ke muka dapat dilakukan dengan aman

Yang berkembang di masyarakat
Ini yang paling tricky dalam keseharian! Dengan keberadaan orang di rumah masing-masing, otomatis media sosial lah yang jadi “sasaran pertama” sebagai kesibukan di kala senggang – yang saat ini jadi makin banyak senggangnya kan.
Dari beberapa sumber yang saya baca, ada referensi yang menyebutkan bahwa kita jangan membandingkan kebijakan di satu negara dengan negara lainnya, misalnya di Italia boleh A B C, kenapa di Jakarta ngga boleh ? Karena ya kondisi keseluruhan negara kan ngga sama dari sisi manapun, jadi pasti kebijakan dan strategi yang akan diterapkan pasti akan spesifik kepada negara tersebut. Oleh karena hal ini, saya lebih memilih untuk membaca dan memahami informasi yang saya dapat dan kemudian menerapkannya sesuai dengan kebutuhan dan apa yang saya alami di sekeliling saya. Mungkin akan terdengar egois kalau saya berkata “asalkan yang saya lakukan sejalan dengan himbauan dan fakta yang saya baca, seharusnya saya aman”, namun kalau anda melihatnya sebagai pemikiran individu yang dilakukan secara bersamaaan, maka semua akan aman-aman dan sehat kan ? Toh, saat ini kita memang diminta untuk meyakinkan diri kita aman. Kembali, “pasal satu”nya adalah bagaimana kita memahami panduan-panduan yang diberikan oleh sumber-sumber informasi yang sah dan menerapkannya dalam kehidupan kita selama masa work from home ini.
Akhir kata, bagi saya saat ini bukanlah saat yang tepat untuk menilai. orang benar atau salah, apalagi menurut pemahaman masing-masing. Agak miris juga sempat beberapa hari lalu di beberapa akun sosial media terkait seputar lari, mulai ada pengkotak-kotakan dan pengertian yang terbagi mengenai olahraga di luar rumah, apalagi dikait-kaitkan dengan istilah garda depan yang memang harus berada di luar rumah. Saya tidak akan membahas atau memperdebatkan hal ini disini.
Sudah ada panduan dan informasi yang lengkap dan seluas-luasnya dari WHO, bahkan saat ini pemerintah pun sudah membuat website resmi untuk penganan COVID-19 ini. Silahkan anda akses dan dapatkan informasi-informasi yang terpercaya agar kita lebih tahu bagaimana harus bersikap dan bertindak.
Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan bisa melalui masa COVID-19 ini dengan kondisi sehat